Gerakan Intelektual Etik HMI

PORDES – Eksistensi kebenaran atas keberadaan HMI sama halnya dengan gelombang yang diinterpretasikan monitor hemodinamik dan saturasi tersebut, jika bergelombang zik-zak berarti masih hidup (ada) dan jika datar (tidak bergelombang) berarti telah mati. Benar, ruang diskusi internal HMI hari ini makin terjebak pada doktriner “dinamika”, tanpa mengetahui substansi dinamika.

Dan akhirnya, HMI terjebak pada budaya baru disorientasi,Semangat berorganisasi yang dimiliki kader-kader HMI harus diakui keberadaannya, namun semangat pun haruslah benar, yaitu semangat dengan berlandaskan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan sebagai identitas kader HMI yang pernah melekat.

Optimisme dan pesimisme menjadi semangat yang tidak dapat terelakkan kehadirannya, filterisasi berupa kajian dan analisis terhadap problematika kekinian di internal HMI harus diperbaharui sesuai dengan perkembangan zaman.

HMI harus diperbaharui kembali melalui forum-forum intelektual, HMI yang evaluatif dan proyektif seperti Konferensi Cabang (Konfercab), dan Rapat Anggota Komisariat (RAK), hindari hegemoni dan dominasi kekuasaan yang cendrung menindas kemerdekaan individu secara moral dan struktural yang berlindung dibalik proyeksi regenerasi.

Kembalikan hak atas forum-forum intelektualnya HMI dipenuhi dengan ide, gagasan, dan gerakan yang substansial, sehingga kejayaan HMI kembali diraih secara universal.

Himpunan Mahasiswa Islam Merupakan organisasi peradaban yang patut menjadi Contoh generasi Muda bangsa Hari ini, Oleh karenanya sebagai bentuk orientasi HMI, Kader HMI Harus Mengambil Peran Membuat ruang-ruang diskusi di tingkat perguruan tinggal maupun universitas.

Sebagai representasi kader HMI adalah sebuah keharusan yang paten mengejawantahkan Pundi Pundi peradaban intelektual yang relevansinya memiliki intelektual etik menjawab tantangan hipperelitas tehadap Kondisi bangsa.

Intelektual etik merupakan sebuah keharusan yang bergerak dari literasi agamais dan sains, dalam menciptakan wadah diskusi keislaman di setiap Literasi HMI baik perguruan tinggi Islam negeri maupun universitas swasta pada umumnya, dalam rangka menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan religiusitas.

Intelektual etik merupakan diskursus bagi seluruh kader HMI dalam merehabilitasi gerakan majunya sebuah himpunan untuk menciptakan insan akademisi, insan pencipta, insan pengabdi, insan yang bernapaskan Islam, insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

HMI intelektual Etik adalah solusi efektif menghidupkan kembali eksistensi himpunan demi terciptanya ruang-ruang diskusi dari Kampus ke kampus, sebagai titik awal mulanya hadir himpunan sebagai bentuk implementasi historis perjuangan yang pertama dicita-citakan oleh para pemerkasah adanya himpunan.

Sudah saatnya HMI menentang kemunafikan berpikir yang melekat pada tubuhnya, misi organisasi hari ini wajib hukumnya diwujudkan, namun jangan lupakan tujuan awal didirikannya HMI yaitu mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.

Penulis: Abdullah Assagaf (Kader HMI Cabang Ternate)