Sosok Wahida Dimata Presidium Samurai Maluku Utara

Ternate, PORDES – Koordinator Presidium Samurai Maluku Utara mengungkap sosok petarung hebat Wahida Abd. Rahim, adalah figur yang cocok untuk menjadi bakal calon Ketua Umum PKC PMII Maluku Utara.

Wahida, perempuan kelahiran Desa Bobane Igo, Kecamatan jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat ini adalah seorang mahasiswi perguruan tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, yang saat ini aktif di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ternate.

Selain itu, Wahida juga sudah banyak menjabat dalam organisasi, diantaranya Ketua KOPRI Komisariat IAIN Ternate, Ketua KOPRI PMII Ternate, Sekretaris I Dema IAIN Ternate, Pendiri Lempersa IAIN Ternate, Direktur Lingkar Pena Institute Malut, Ketua KOPRI PKC PMII Maluku Utara, anggota Communitas Falasannya, Kader Walhi Maluku Utara, Pengurus NETFID Maluku Utara, dan juga aktif dalam Pramuka Halmahera Utara.

Kordinator Presidium Samurai Maluku Utara Ardian Kader kepada Portal Desa mengatakan, tak banyak yang tergores dalam sejarah pergerakan perempuan di Indonesia pada aspek pendidikan, politik, dan juga literasi jalanan.

“Tentu kita bisa periksa kembali pada sejarah,” kata Ardian, Kamis (18/8/2022).

Ardian menyayangkan keterwakilan kaum perempuan terhitung minoritas pada gelanggang kekuasaan, yang justru alamat demokrasi tidak menghendaki sosok pemimpin yang selayaknya adalah laki-laki.

“Lantas keterwakilan perempuan pada aspek yang mana?,” Tanya dia.

Dia juga mengungkapkan, bahwa perjuangan kaum perempuan dalam penulisan sejarah di Indonesia cenderung terpinggirkan. Padahal, lanjut dia, menurut Wulan Sondarika 2017 sejak awal abad ke-19, beberapa wanita Indonesia telah tampil dalam membela tanah air dan bangsanya.

“Sebut saja, Nyi Ageng Serang XIX, Christina Martha Tiahahu, Cut Nyak Dien, RA Kartini, Maria Walanda Maramis, Nyai Walidah Ahmad Dahlan, Marsina,” jelasnya.

Menurut Ardian, hal ini wajar karena masyarakat kita dideterminasi budaya patriarkis. Sehingga peran kaum perempuan yang luar biasa kadang tidak terekspos publik, termasuk partisipasinya dalam politik.

“Kita perlu mereproduksi pengetahuan gender pada ruang edukasi, agar tidak kaku ketika emansipasi digaungkan, apalagi dominasi patriarki cenderung memandang perempuan sebagai subordinat yang kerap kali dijadikan penitipan harapan dan berakhir penghianatan,” tuturnya.

Ardian mengungkapkan, kali ini kita dikejutkan dengan seorang fighter, sosok perempuan yang tangguh, cerdas, dan berani, yakni Wahida Abd. Rahim, dengan biasa di sapa ida, ia adalah sosok seorang perempuan yang tidak lagi asing terdengar diseluruh elemen mahasiswa dan aktivis gerakan di Maluku Utara, seorang wanita yang tak kenal lelah bahkan menyerah dalam memperjuangkan isu-isu sosial.

“Wahida juga salah seorang aktivis perempuan di Maluku Utara yang patut di apresiasi sebagai keterwakilan perempuan, yang berani mengambil posisi sebagai intelektual yang pantang menyerah dalam berkompetisi secara internal kampus maupun eksternal organisasi, dan eksis sebagai kelompok protes jalanan bersama kawan-kawan perempuan lainnya,” tambahnya.

Mantan presiden BEM FKIP Unkhair Ternate itu juga mengatakan, bahwa Wahida adalah salah satu figur tunggal keterwakilan kaum perempuan yang memberanikan dirinya untuk bertarung sebagai bakal Calon Ketua Umum PKC PMII Maluku Utara dalam Konferensi Koordinator Cabang (Konkorcab) IV yang akan diselenggarakan di Ternate.

“Wujud demokrasi bakal menghendaki perubahan yang besar bilamana eksistensi politik diuji berdasarkan kualitas kepemimpinannya, bukan pada relasi politik, etnisitas dan transaksional,” ujarnya.

“Dan saya meyakini sosok seorang Wahida adalah Figur yang tepat dan layak untuk menahkodai kepemimpinan PKC PMII Maluku Utara, sekaligus mewakili eksistensi perempuan dalam kompetitor politik Maluku Utara,” sambungnya.

Ditambahkan dia, Abraham Lincoln mengatakan ‘Politik itu akan baik, apabila ada orang-orang baik didalamnya’. Kekuasaan perlu diwaspadai dan teruslah mencurigai sebab kenapa pemimpin takut mengucapkan kebenaran, karena dia adalah dalang dibalik kejahatan, SunTzu Penguasa yang mulia adalah dia yang peka, dan Jendral yang baik adalah dia yang berhati-hati.

“Menurut Kartini Kartono (1994), kepemimpinan merupakan ciri khas saat dihadapkan pada situasi tertentu, sehingga pemimpin tampil sebagai karakteristik yang berfungsi dalam satu situasi, sesuai tujuan organisasi,” kutipnya Mengakhiri. (riski)