Oleh : Abdullah Karmadi.

Sepanjang sejarah bangsa Indonesia telah berhasil membuktikan bahwa kita telah melalui banyak etape dan berhasil keluar dalam berbagai persoalan-persoalan kebangsaan. Kita punya sejarah yang bisa dan siap dijadikan_mungkin bahan “renungan” bagi generasi muda kedepan, katakanlah sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia ada spirit serta semangat yang mempersatukan kita untuk mencapai puncak kemerdekaan.

Sekalipun dengan berbagai latar belakang etnis, suku, ras, dan agama yang berbeda, namun ada velue (nilai) bersama soal kesamaan penderitaan yang di alami seluruh nusantara. Lantas ada pertanyaan besar yang hari ini harus kita jawab secara bersama, kalau waktu itu ada sebuah nilai yang dijadikan spirit untuk merdeka dan setelah merdeka indonesia hari ini, apa yang harus dilakukan oleh generasi muda untuk menunjukkan pada dunia internasional bahwa ini loh kita indonesia dengan nilai dan semangat yang baru tanpa meninggalkan local wisdom yang kita miliki. Namun kali ini saya tidak begitu luas membahas Indonesia secara kolektif akan tetapi fokus saya adalah pada Maluku Utara hari ini.

Maluku Utara, Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Juni lalu, indeks kebahagiaan provinsi ini berada di angka 76, 34 dari 100 – tertinggi dibandingkan perolehan provinsi lainnya. Merupakan suatu pencapaian yang mungkin hanya sekelompok orang yang mengakui akan hal itu, tetapi secara empiris mungkin kontradiksi dengan kondisi lapangan.

Entah salah satu pendekatannya adalah pada aspek budaya yang masih utuh dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, tentunya ada hal yang sangat megah yang dimiliki oleh Maluku Utara sehingga dari berbagai manca negara tak sungkan-sungkan untuk datang dan menanam pohon masa depan (investasi). Jika sudah demikian terlanjur apa yang harus dilakukan oleh generasi muda hari?

Kita di Maluku Utara sangat telah lama ketinggalan kereta dalam menyesuaikan dan mengejar zaman yang setiap hari sangat kompleks. Kompleks dalam artian adalah serba instan soal komunikasi dan informasi, entah kita yang tak ingin bergerak bersama zaman “ingin menolak” ataukah kita yang belum siap untuk menerima. Padahal ini adalah zaman dimana seharusnya kita mengambil peran lebih banyak adalah generasi muda.

Generasi Muda dan Artificial Intelligece (AI)

Setiap tahun majalah Time memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh paling berpengarung di dunia. Tradisi penghargaan tersebut dimulai oleh majalah Time telah dimulai sejak tahun 1927. Man Of The Year adalah gelar yang disandangkan oleh sosok yang terpilih serta menjadi sampul depan oleh majalah Time. Beberapa tahun kemudian, majalah Time merevisi gelar Man of the year yang terkesan bias gender dengan istilah ‘Person of the Year’.

Dengan demikian, baik laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai tokoh paling berpangaruh pada majalah Time.