Akses Jalan Petani Ditutup, Ketua Gapoktan Kampungsawah Angkat Bicara

Karawang, PORDES – Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Kampungsawah angkat bicara menanggapi keluhan para petani tentang akses jalan yang ditutup oleh pemilik lahan di Dusun Puloharapan RT 05/02, Desa Kampungsawah, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

“Intinya saat ini Gapoktan bersama 3 Poktan (Kelompok Tani) yang dilewati oleh JUT (Jalan Usaha Tani) tersebut sedang coba mencari penyelesaian atas permasalahan ini, Permasalahan akses JUT yang terputus ini memang sangat merugikan Petani saat panen seperti ini, apalagi hari ini harga gabah panen sedang jatuh dibawah 4000 rupiah,” kata Arif Munawir Ketua Gapoktan Desa Kampungsawah, Sabtu (25/6/2022).

Arif mengaku sudah menyampaikan terkait kekecewaan para petani dan masyarakat desa Kampungsawah kepada pemerintah Desa Kampungsawah, dalam pelaksanaan bentuk apapun dalam pembangunan harus melibatkan masyarakat sekitar dan para petani diberikan sosialisasi sebelum pembangunan.

“Kekecewaan sudah kami sampaikan kepada pihak Pemerintah Desa, ini contoh pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat. Harusnya masyarakat sekitar dan Petani diajak komunikasi dulu sama Pemerintah Desa sebelum dilaksanakannya pembangunan, Jangan seenaknya dalam pembangunan, dan kalau sudah kejadian seperti ini kan merugikan masyarakat banyak terutama Petani,” ungkapnya.

Sementara itu, Asep Sudia Kasie Pemerintah Desa Kampungsawah mewakili Kepala Desa Kampungsawah saat dikonfirmasi awak media melalui via telpon whatsapp menyampaikan bahwa akses jalan yang ditutup itu adalah hak dari pemilik lahannya, pasalnya ketika panen lahannya rusak dan tidak diperbaiki kembali oleh Ojek pengangkut hasil panen.

“Itu memang tanah hak milik yang punya lahan, ya para petani itu protesnya seperti apa, paling kami nanti akan cari alternatifnya bikin jalan sisi sawah sebelah sana dan itupun kalau para petaninya memberikan jalan ya atau tidaknya, dan itu pun akan kami musyawarahkan terlebih dahulu bersama petani dan masyarakat, karena kami juga tidak ngambil keputusan sendiri,” ujarnya.

“Ditutup dan tidaknya itu adalah hak mereka yang punya lahan, kami juga tidak bisa larang-larang dan mungkin akibat lahannya rusak sama ojek online dan tidak diperbaiki lagi, pas saya ngobrol juga gitu, kami juga sedang mencari solusi, solusinya seperti apa kan begitu,” tutupnya. (umaedi)