Ungkap Rasa Syukur Atas Hasil Panen, Warga Gendang Ngalo Macang Pacar Gelar Upacara Penti

Mabar, PORDES – Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menyampaikan rasa syukur atas rezeki pemberian Tuhan, mulai dari memanjatkan doa saat beribadah, hingga menjalankan tradisi agama, adat hingga budaya setempat. Seperti masyarakat adat Manggarai yang memiliki tradisi upacara penti untuk mensyukuri pemberian yang Maha Esa atas hasil panen yang diterima oleh mereka.

Tak hanya sekadar untuk mensyukuri rezeki panen kepada Tuhan, upacara ini juga memiliki makna serta tujuan lainnya yang sarat akan filosofi kehidupan bagi masyarakat adat Manggarai.

Masyarakat adat yang biasa menjalankan upacara ini, salah satunya ada di Kampung Ngalo Pongkal Desa Wontong Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kons Tono salah satu tokoh budaya menjelaskan, pada dasarnya penti merupakan pesta adat Manggarai yang bernuansa syukuran serta persembahan untuk leluhur atau ruh supernatural, hingga wujud tertinggi (Mori Kraeng).

“Upacara adat ini dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat adat, dalam situasi formal dan suasana sukacita atas hasil panen hasil pertanian atau perkebunan mereka,” jelasnya.

“Upacara Penti Dalam Masyarakat Kampung Ngalo Pongkal Kecamatan Macang Pacar Kabupaten Manggarai Barat, dalam bahasa Manggarai penti diartikan sebagai pesta tahun baru masyarakat adat setempat,” tambahnya.

Kons Tono kembali menjelaskan, asal muasal penyebutannya penti, diangkat dari bahasa Manggarai yang berbunyi, “go’et; penti weki-peso beso reca rangga-wali ntaung; na‟a cekeng manga curu cekeng weru”.

“Artinya ialah syukur dari penduduk desa kepada Tuhan dan para leluhur karena telah mengganti tahun, telah melewati musim kerja yang lama dan menyonsong musim kerja yang baru,” katanya.

Laiknya ritual adat masyarakat adat Manggarai yang lain, lanjutnya, upacara penti memiliki norma yang mengatur pelaksanaannya, sebagai cara berhubungan hubungan antara Sang Pencipta yang disebut mereka dengan sebutan Jari agu Dedek dengan yang diciptakan-Nya.

Tak hanya sebatas ritual interaksi dengan Sang Maha Pencipta, upacara ini juga simbol atas rasa syukur sesama umat manusia, dengan lingkungan tempat tinggal mereka.

Musyawarah Sebelum Gelar Upacara sebelum melakukan upacara penti, terdapat sejumlah hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat adat setempat sebagai persiapannya.

“Sebagai upacara yang juga memberikan berkah bagi masyarakat setempat, maka mereka melakukan musyawarah adat yang biasanya dipimpin oleh tua tembong, yakni orang yang menguasai penggunaan gong dan gendang di dalam rumah adat.

Selanjutnya, kata dia, musyawarah ini diikuti oleh tokoh masyarakat setempat yang memiliki peran penting dalam upacara panen. Di sana, mereka dikenal dengan sebutan tua teno. Seluruh warga kampung atau suku juga dilibatkan di dalam musyawarah ini.

“Dalam musyawarah tersebut, biasanya hal-hal yang perlu disepakati antara lain menentukan pemimpin upacara, hewan yang akan dikurbankan, dan persembahan lainnya. Selanjutnya, disiapkan hewan kurban sebagai sesajian untuk acara syukuran. Biasanya, hewan yang dikurbankan antara lain ayam, babi,” terangnya.

“Sajian utama sebenarnya adalah ayam, babi, bergantung musyawarah bersama warga gendang, sebab penti yang bernuansa syukuran dan suka cita itu, tentunya dilakukan oleh mereka yang mengalami perubahan hidup yang sudah mapan dan sukses, (serta peralihan) dari pengalaman yang buruk menuju kepengalaman yang baik, dari pengalaman yang gagal ke suatu pengalaman yang penuh keberhasilan, dan sebagainya.

Perkuat Hubungan Kekeluargaan

Ada tiga upacara penti yang biasa digelar oleh masyarakat adat Manggarai. Upacara Ritual Congko Lokap dan Penti sebagai Media Komunikasi dalam Pengembangan Pariwisata Daerah Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

1. Penti Beo yang memiliki arti syukuran warga kampung. Komando umum waktu pelaksanaan upacara penti semacam ini, biasanya dilakukan kepala kampung yang disebut tua golobersama kepala kelurga ranting yang disebut tua-tua panga. Musyawarah bersama masyarakat dalam satu kampung menjadi hal yang paling penting dalam pelaksanaannya.

2. Penti Kilo merupakan syukuran keluarga dalam satu turunan leluhur dalam satu sistem keluarga patrilineal yang dihadiri oleh keluarga kerabat: anak wina, Syukuran keluarga ini bisa dilakukan dalam tingkat keluarga besar dalam satu turunan, maupun keluarga tingkat ranting adat.

3. Penti Ongko Gejur merupakan upacara syukuran untuk memungut hasil panen yang diperoleh masyarakat adat.

Kons Tono menambahkan, upacara penti secara garis besar sebagai simbol menyadarkan masyarakat adat Manggarai akan makna bersyukur. Kemudian melalui upacara penti, hubungan masyarakat adat akan semakin terbina lewat hubungan kekeluargaan.

“Melalui acara syukuran juga dapat menyadarkan akan peran kesatuan tata ruang budaya Manggarai, yaitu beo atau gololonto (kampung), natas labar (halaman kampung tempat bermain-main), rumah tinggal (mbaru kaeng), tempat sesajian (compang tesomba), wae teku (air minum), acara bersih kubur (weang boa), uma duat/lingko (kebun).”

“Lewat tradisi upacara adat ini, hal yang diitekankan masyarakat adat Manggarai ialah mensyukuri Nikmat Tuhan dalam suasana batin yang penuh suka cita dan damai, serta dengan harapan senantiasa dilimpahi kebahagiaan dalam semangat guyub nan penuh kekakraban,” tutup Kons Tono, salah satu Tokoh Budaya. (Yuvens)