UMT Gelar Semestik 2025, AI Dalam Jurnalisme: Masa Depan atau Ancaman?

PORDES TANGERANG – Sebanyak 107 peserta mengikuti Semarak Kompetisi Jurnalistik (Semestik) yang digelar Unit Kegiatan Jurnalistik Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Kegiatan yang bertajuk “AI dalam Jurnalisme: Masa Depan atau Ancaman?” dengan menghadirkan narasumber ahli Apni Jaya Putra dari TV One Ini digelar di Aula Jenderal Sudirman, Sabtu 22 Februari 2025.

Ketua pelaksana, Hayatun Nufus mengatakan salah satu kekhawatiran utama dalam penggunaan AI untuk jurnalisme adalah potensi kehilangan pekerjaan bagi jurnalis manusia akibat otomatisasi yang berlebihan.

Dia berharap Semestik 2025 ini dapat memberikan pemahaman mendalam tentang peran, peluang, dan tantangan AI dalam dunia jurnalistik, khususnya terkait implementasi dan etika penggunaannya.

“Dalam seminar ini kita ingin mengetahui terkait pemahaman teknologi kecerdasan buatan. Apakah AI ini masa depan atau ancaman,” katanya.

Penasehat PWI Kabupaten Tangerang

Ditambahkan Pembina UKM Jurnalistik UMT, Korry Elyana mengungkapkan penggunaan AI oleh mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas Kampus semakin banyak.

“Ternyata tak jarang mahasiswa melakukan tugas kampus itu dengan cara copy paste dari AI, jadi dengan AI ini mahasiswa sangat dimanjakan,” kata Korry Elyana.

Lebih lanjut Korry mengatakan Semistik 2025 ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman dan penguatan literasi terkait penggunaan teknologi kecerdasan ini secara baik dan benar kepada mahasiswa.

“Jangan sampai dengan adanya AI ini, mahasiswa justru jadi malas. Karena gak usah mikir susah-susah lagi untuk membuat tugas-tugas dari dosen,” katanya.

Menurut penasehat PWI Kabupaten Tangerang, Endang Jaya Permana mengatakan di era disrupsi teknologi seperti saat ini, AI adalah perubahan besar yang mengubah cara hidup, bekerja, dan berbisnis.

Meski begitu lanjut Endang produk teknologi seperti AI hanya sebagai alat saja untuk meningkatkan efisiensi, maupun efektifitas tetapi tidak bisa menggantikan peran jurnalis.

“Dalam konteks jurnalistik tentu teknologi ini tidak akan bisa menggantikan peran jurnalis atau wartawan dalam memproduksi informasi yang berkualitas, berimbang, dan relevan bagi masyarakat,” kata Endang Jaya Permana.

Endang menjelaskan, kecerdasan buatan seperti AI memiliki keunggulan dalam mengakses informasi. Karena dengan algoritmanya, teknologi ini secara cepat bisa menyajikan berbagai informasi yang diminta.

Teknologi AI ini dalam operasionalnya memiliki kelemahan yaitu dari aspek standar moralitas maupun etik sebagaimana hal itu merupakan dasar yang melandasi kerja-kerja jurnalis.

“Jadi, bisa saja informasi yang disampaikan AI itu benar secara logika. Namun belum tentu dalam konteks kemanusiaan,” ungkapnya

Dia menambahkan penggunaan teknologi AI ini harus lebih bijaksana sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan.

“Jika tidak, teknologi ini adalah ancaman karena bisa membunuh kehidupan,” tegasnya.

Sementara Rektor UMT Desri Arwen melalui Sukron mendukung kegiatan tersebut, dan mendorong mahasiswa agar lebih meningkatkan lagi kemampuan mengadaptasi dalam menggunakan teknologi seperti AI.

Dikatakan Sukron Mahasiwa harus memperkuat literasi digital mencakup keterampilan dalam mengakses, mengelola, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara kritis.

“Mahasiswa harus berteknologi secara benar. Memahami dan menyaring informasi yang tersebar luas serta mengetahui mana konten yang positif dan bermanfaat,” tandasnya. (*red)