Tarif Masuk Wisata Ketapang Urban Aquaculture Mahal, Dampaknya UMKM Gulung Tikar

Tangerang, PORDES – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komunitas Masyarakat Anti Korupsi (Kompak) menyoroti mahalnya tiket masuk wisata Ketapang Urban Aquaculture di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang yang banyak diperbincangkan warga.

“Pengelolaan wisata Ketapang Urban Aquaculture di dalam perbup nomor 69 tahun 2022 itu hanya mengatur tentang penugasan pengelolaan saja,” kata H Retno Juarno, Ketua LSM Kompak, kepada Portal Desa, Kamis 11 Mei 2023.

Menurut Retno, pengelolaan bisa saja di berikan kepada PT Mitra Kerta Raharja, namun terkait retribusi, kata dia, tetap harus mengacu kepada perda atau perbup tentang tarif dari pada retribusi tersebut.

“Apakah tarif tiket tersebut sebagai retribusi di setorkan kepada pemda sebagai bentuk PAD, karena itu di bangun menggunakan APBD Kabupaten Tangerang sebagai objek wisata untuk masyarakat Kabupaten Tangerang pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya,” jelasnya.

Lebih lanjut, Retno meminta hal tersebut harus di perjelas kalau tidak ini menjadi sebuah pertanyaan tentang hasil retribusi tersebut, karena itu merupakan salah satu retribusi jasa umum. Ia pun meminta kepada Inspektorat dan aparat penegak hukum untuk meneliti pengelolaan Ketapang Aquaculture.

“Kami minta kepada pemerintah daerah dalam hal ini inspektorat dan penegak hukum untuk meneliti pengelolaan harga tiket dan sebagainya. Dalam waktu dekat saya akan melayangkan surat kepada Inspektorat kemudian baru kepenegak hukum,” pungkasnya.

Terpisah, salah satu warga sekitar yang juga tokoh pemuda Tangerang Utara, Dharma Hermawan, juga turut menyoroti mahalnya masuk Wisata Ketapang Aquaculture yang berada di wilayahnya itu, sehingga berdampak pada matinya usaha para pelaku UMKM di kawasan wisata tersebut.

“Pedagang UMKM awalnya itu banyak bahkan berjamuran karena wisata Ketapang Urban Aquaculture saat itu sedang viral, tapi ketika di buka dan di berlakukan tiket usaha para pedagang, UMKM itu bangkrut karena sepi pengunjung,” ungkapnya.

Mantan Sekjen DPD KNPI Kabupaten Tangerang itu mengungkapkan, menurut pengakuan para pelaku UMKM, mahalnya harga tiket menjadi alasan wisatawan yang datang membawa makanan dari rumah, sehingga pedagang UMKM tidak laku, dan akhirnya jadi banyak yang gulung tikar.

“Wisatawan yang datang mereka penasaran, seperti apa wisata Ketapang Aquaculture, tapi ketika sudah datang hanya ada spot foto tidak ada arena bermain, maka mereka hanya sekali masuk kesananya males, udah masuknya mahal di tambah tidak ada apa-apa hanya spot foto,” katanya.

Mungkin, lanjut Dharma, jika tarif masuknya murah tidak masalah, ini tarif masuk Rp15 ribu, kalau di kali dengan istri dan 2 anak itu sudah 60 ribu, belum biaya parkir motornya, itu salah satu faktor yang membuat sepinya pengunjung, terbukti waktu libur lebaran pengunjung biasa saja tidak membeludak.

“Karena banyak pengunjung yang mengeluhkan harga tiketnya mahal, tapi justru pihak kecamatan membandingkannya dengan Jakarta, katanya Jakarta pun 35 ribu, tapi kan taraf hidup masyarakat kita tidak bisa di bandingkan dengan jakarta karena penghasilan warga jakarta itu di atas UMR,” tegasnya.

Dengan harga tiket 15 ribu itu menurut Dharma sangat memberatkan pengunjung, sehingga masayarat enggan untuk datang, meskipun pengelola berdalih untuk kebersihan untuk perawatan dan lain sebagainya

“Cuma dengan harga segitu intinya memberatkan masyarakat, sehingga dampaknya merugikan pelaku-pelaku UMKM dan pedagang di sekitar lokasi. Ini kan lahan milik Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang yang di bangun oleh anggaran pemerintah tapi masyarakat masuk harus bayar,” pungkasnya. (Gabel)