Ramai Pasang Status Hari Lahirnya Pancasila Di Medsos, Mudeng Opo Ora?

PORDES – Hari ini tanggal 1 Juni 2023, masyarakat pengguna media sosial banyak memasang ucapan selamat hari hari lahir Pancasila.

Sebenarnya Mudeng opo ora (Paham atau Tidak)?

Lalu mengapa 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahirnya Pancasila, sejak kapan diperingati, peristiwa bersejarah apa yang melandasi peringatan tersebut.

Mari kita bersama-sama mengulasnya, secara resmi Pemerintah Republik Indonesia baru menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila pada tahun 2016 melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016.

Mengutip tulisan Syafik@damarinfo, peristiwa bersejarah untuk pertama kalinya Pancasila sebagai dasar negara diperkenalkan oleh Ir. Soekarno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945.

Dalam buku Tjamkan Pantja Sila! Pantja Sila Dasar dan Falsafah Negara yang diterbitkan Departemen Penerangan RI Tahun 1964, memuat dengan lengkap pidato Bung Karno pada saat sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Pidato ini lah yang menjadi dasar peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila.

Pada dokumen yang ditulis dengan ejaan lama itu, Bung Karno memulai pidatonya dengan menjelaskan apa arti merdeka.

“Merdeka buat saja ialah: poIiticaI independence, politieke on afhankeIijkheid. Apakah jang dinamakan politieke onafbankelijkheid?”

Begitulah salah satu petikan pernyataan Bung Karno di awal pidatonya tersebut.

Bung Karno juga dengan lugas menceritakan tentang arti kemerdekaan dari negara-negara lain, di antaranya Saudi Arabia, Amerika Serikat, Jerman, Iran, Tiongkok Inggris dan Mesir.

“Saudara-saudara ! Apakah jang’dinamakan merdeka? Didalam tahun ’33 saja telah menulis satu risalah. Risalah jang bernama,,Mentjapai Indonesia Merdeka”. Maka didalam. risalah tahun ’33 itu, telah saja katakan, bahwa kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, ta’ lain dan ta’,bukan, ialah satu djembatan, satu djembatan emas. Saja katakan di dalam kitab itu, bahwa di seberangnja djembatan itulah kita sempurnakan kita punja masjarakat “ Kata Bung Karno

Bung Karno juga menjelaskan tentang philosophische grondslag (landasan filosofi) sebuah negara yang selanjutnya disebut oleh Bung Karno dalam bahasa jerman sebagai Weltanschauung.

Dalam pidato yang ditulis dalam 24 halaman tersebut, Bung Karno menjelaskan dengan rinci tentang Weltanschauung tersebut. Bung Karno memberikan contoh Weltanschauung dari negara-negara lain seperti Jerman, Soviet, Jepang dan Saudi Arabia.

“Saudara-saudara! Dasar-dasar Negara telah saja usulkan. Lima bilangannja. Inikah Pantja Dharma? Bukan!

Nama Pantja Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti kewadjiban, sedang kita membitjarakan dasar. Saja senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima djumlahnja. Djari kita Jima setangan. Kita mempunjai Pantja Inderia. Apa lagi jang lima bilangannja? (Seorang jang hadlir: Pendawa Zima). Pendawapun lima orangnja. Sekarang banjaknja prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesedjahteraan dan ketuhanan lima pula bilangannja,” terang Bung Karno.

Pancasila yang diusulkan Bung Karno dalam pidato tersebut adalah

Kebangsaan Indonesia. ·
Internasionalisme, – atau peri-kemanusiaan.
Mufakat, – atau demokrasi.
Kesedjahteraan sosial
Ketuhanan

Bung Karno juga menyebut tentang Tri Sila dan Eka Sila, jika ada yang tidak suka dengan Panjta Sila. Tri Sila merupakan perasan dari Pancasila yang berisi kebangsaan dan internasionalisme, kebangaan dan peri-kemanusiaan. Dan Eka sila adalah Gotong Royong.

Bung Karno menutup pidatonya dengan menyampaikan bahwa Djikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak menekad mati-matian untuk mentjapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan mendjadi milik bangsa Indonesia buat selama-lamanja, sampai keachir djaman! Kemeraekaan hanjalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, jang djiwanja berkobar-kobar dengan tckad ,,Merdeka, – merdeka atau mati”.

Penulis: Ali Maskur, Kabiro Tuban