Penulis: Aris Haryadi, Tokoh Milenial Tonggong Dole

Dalam era globalisasi, kehadiran teknologi salah satu akses inovasi digital yang membantu mengaplikasikan dan pengembangan sistem ekonomi kreatif yang lebih praktis, demi meningkatan ekonomi masyarakat yang lebih maju.

Namun kehadiran teknologi yang berbasis inovasi ini, bukan menjadi dasar utama untuk mensejahterakan ekonomi masyarakat, namun perlu dukungan pembangunan infrastuktur dan sarana prasarana lain.
Berkaca pada landasan tersebut, penulis yang merupakan ketua Himpunan Milenial Tonggong Dole (HMTD), Desa Kombo, Kecamatan Pacar, Kabupaten Manggarai Barat. Mendesak keseriusan pemerintah dalam menata pembangunan dalam wilayah Manggarai Barat, agar ada pemerataan intervensi kebijakan seperti yang terjadi di wilayah lain.

Penulis mengaku, kecemburuan sosial itu muncul pada sanubari seluruh generasi Tonggong Dole, menuntut kecepatan prioritas pembangunan di wilayah Manggarai Barat.

Maka penulis mengajak seluruh kalangan Milenial Tonggong Dole untuk bergandengan tangan dan segera mendiskusikan tentang wilayah yang sekian lama tidak tersentuh oleh arus perubahan.

Seakan dianaktirikan oleh mereka yang memegang tongkat kekuasaan, lebih khusus pembangunan infrastruktur, air minum bersih, sarana pendidikan, jaringan listrik dan lain sebagainya.

Kurang lebih selama 18 tahun, Manggarai Barat, atau yang disebut wisata super premium mekar menjadi daerahotonomi, namun nyaris kampung Tonggong Dole yang terdapat 300 lebih kepala keluarga iitu dilupakan oleh pemangku kebijakan.

Lantas dalam hati kecil penulis bertanya, apa mungkin martabat kami sebagai masyarakat Manggarai Barat lebih besar martabat Komodo di taman Nasional itu?., sehingga terjadinya perbedaan pembangunan seperti ini. Puluhan triliun dianggarkan untuk menata obiek vital pulau komodo dan sekitarnya, sedangkan wilayah utara Manggarai Barat, teristimewa Tongong Dole belum tersetuh pembangunan infrastrutur sabagai urat nadi ekonomi.

Penulis meyakini seluruh masyarakat kampung terpencil itu, merindukan hak yang sama seperti mereka yang ada dalam perubahan di pusat kota Labuan Bajo atau Taman Komodo dan sekitarnya. Meskipun begitu, masyarakat tidak pernah pesimis dengan kondisi tersebut, mereka optimis bahwa suatu hari nanti akan ada pahlawan keadilan yang mengedepankan prinsip Demokrasi ber asas Pancasila tanpa mempertimbangkan sistem politik yang mengutamakan basis, atau hanya mementingkan kelompok atau para kroninya.

Sedikit gambaran yang membuat masyarakat semangat dan optimis adalah baru-baru ini pemerintah membuka kesempatan dusun Tonggong Dole menjadi desa persiapan (Definitive). Dengan demikian mimpi besar masyarakat, akan akselerasi pembangunan demi keseimbangan ekonomi masyarakat menuju ke kesejahteraan akan terwujud. Informasi ini tentunya memberi sedikit udara segar bagi para penghuni wilayah terpencil itu, masyarakat sangat berantusias, dan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah ambil bagian dalam memperjuangkan hal tersebut.

Rona wajah yang dulunya menyimpan harapan kini sedikit menebar pesona kegirangan, kami sangat berterima kasih atas hal ini. Tetapi, kami masih menaruh harapan besar kepada pemangku kewenangan agar secepatnya pengajuan dan usulan kami diratifikasi.*