Isra Mi’raj dan Momentum Meneladani Kepemimpinan Rasulullah. Oleh: Hidayati Sundari (Pengajar dan Penggiat Literasi).

PERISTIWA Isra Mi’raj selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas pada setiap bulan Rajab. Peristiwa Isra Mi’raj sendiri terjadi pada 27 Rajab di tahun ke-10 kenabian. Isra Mi’raj merupakan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, kemudian naik ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi ke Masjidil Haram di Makkah dalam waktu singkat. Dalam peristiwa ini Allah SWT, telah menunjukan kebesaran dan kekuasaan-Nya bahwa tidak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. Seperti dalam Firman-Nya:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Isra ayat 1).

Mi’raj sendiri dapat dikatakan sebagai penguji keimanan bagi kaum Nabi Muhammad, sebab peristiwa besar ini dianggap sebagai hal yang mustahil, hal di luar nalar manusia. Bagi kaum yang beriman maka akan bertambah besar keimanan mereka, dan bagi kaum yang ragu-ragu dan kaum kafir akan semakin mengokohkan pendirian mereka untuk mengingkari dan meninggalkan Rasulullah. Itulah sebabnya hanya orang yang beriman saja yang dapat mengimaninya.

Banyak makna yang terkandung dalam peristiwa besar ini, tidak hanya mengenai turunnya perintah shalat. Salah satu momentum besar lainnya adalah mengenai kepemimpinan Rasulullah. Yaitu ketika Nabi Muhammad diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan melaksanakan salat berjamaah, lalu Allah SWT mengijinkan Rasulullah untuk mengimami para nabi dan rasul lainnya. Dengan kemuliaan tersebut banyak ulama berpendapat bahwa kejadian itu sebagai simbol kepemimpinan Rasulullah SAW.

Kepemimpinan Rasulullah sebagai imam para nabi dan rasul tidak hanya dalam peristiwa Isra Mikraj saja, tetapi hingga hari akhir nanti. Dimana kelak seluruh umat manusia akan berada di bawah kepemimpinan Rasulullah.

“Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat dan bukannya sombong, dan di tanganku bendera Al-Hamd dan bukannya sombong, dan tidak ada seorang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun, tidak pula Adam juga yang lainnya ketika itu kecuali semua di bawah benderaku.” (HR at-Tirmidzi).

Hadis tersebut menunjukan keutamaan dan kekhususan Nabi Muhammad atas semua manusia. Maka telah disempurnakan seluruh agama yang telah di bawa oleh nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad dengan Agama Islam. Dengan syariat Islamlah dunia ini akan dipimpin.

Sayangnya, hingga saat ini umat Islam semakin jauh dari ajaran agamanya. Alquran dan As sunnah telah ditinggalkan. Umat terbesar di muka bumi namun tak mampu memimpin dunia. Agama yang besar namun sayang hanya seperti buih di lautan.

Kemunduran umat Islam saat ini di sebabkan ditinggalkannya sistem Islam. Umat telah terjerat oleh sistem kapitalis, dan tergerus oleh derasnya arus liberalis. Padahal fakta sejarah telah membuktikan hanya dengan sistem Islam lah peradaban menjadi gemilang.

Rasulullah SAW telah memberikan keteladanan yang sempurna dalam memimpin dunia, dilanjutkan dengan khulafaur rasyidin, dan para khalifah setelahnya. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa hanya dengan sistem Islam seluruh negeri akan dilindungi tanpa sekat agama atau bangsa. Telah begitu nyata bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. *