Grebeg Besar Gunung Wijil, Mengenang Jasa R.Ng Joyo Wikromo, Manggala Yudha Bregada Kawandasa.

Gunungkidul, PORDES – Peringatan Grebeg besar Gunung Wijil digelar untuk mengenang jasa besar seorang pemimpin perang (Manggala Yudha) bersama pasukan berkuda Bregada Kawandasa (Jawa pasukan Empat puluh), membela tumpah darahnya dari penjajah VOC di tanah Jawa, dilaksanakan di Kapanewon (Kecamatan) Ngawen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (11/7/2022).

Bertindak sebagai Manggalayudha (Inspektur upacara) Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Yogi Pradono Widjoyo Dimulyo, memimpin upacara peringatan Grebeg besar Gunung Wijil, yang dihadiri tokoh Punggawa baku Mangkunegaran Surakarta serta para tokoh masyarakat dan berbagai unsur masyarakat. Selain sebagai moment peringatan peristiwa itu juga untuk melestarikan budaya Jawa yang Adiluhung.

“Upacara ini dilakukan untuk mengenang jasa besar R.Ng Joyo Wikromo sebagai Manggalayudha Bregadha Kawandasa (pasukan berkuda empat puluh orang) yang dengan tanpa pamrih rela mengorbankan jiwa raga membela tanah air dari penjajahan VOC yang kala itu menggunakan politik adu domba, momen ini juga untuk memotivasi dan menyemangati generasi muda agar lebih mencintai Tanah Air,” ujarnya.

Masih kata KRT Yogi Pradono, terkait pelaksanaan Grebeg besar.
“Grebeg besar Gunung Wijil ini sudah dilakukan setiap Tahun pada bulan Besar (Dzuhhijah), tapi sejak mewabahnya virus Corona, tahun ini baru bisa digelar kembali” tambah Yogi.

Sejarah singkat Manggalayudha R.Ng Joyo Wikromo Bregadha Kawandasa :
Bregodo Kawandoso adalah prajurit berkuda pilihan berjumlah Empat puluh orang, yang dibentuk oleh Eyang Sapto Wongso Yudha (Eyang Carik) yang kala itu bermarkas di Gunung Gambar, Ngawen Gunung Kidul.
Dikisahkan bahwa pada umur 15 tahun RM Sa’id diasuh oleh Demang Jiwo Yudha dan digembleng dengan ilmu Kanuragan dan keprajuritan, kemudian pengasuhan RM Sa’id dilanjutkan oleh adik Demang Jiwo Yudho yakni Kenjeng Ngabehi Joyo Wikromo yang juga sebagai Maggoloyudho Bregadha Kawandasa.

Bersama Raden Mas Sa’id, RNg Joyo Wikromo memimpin Bregada Kawandasa, yang dikenal dengan pasukan Pangeran sambernyawa, dan ditakuti oleh pihak lawan terutama pasukan VOC.

RNg Joyo Wikromo kemudian diangkat menjadi Senopati perang pasukan berkuda Prajurit Pangeran Samber nyawa yang terkenal dengan semboyannya, Tiji Tibeh (Mukti siji Mukti Kabeh, artinya senang satu, senang semua, dan Mati siji Mati Kabeh artinya sama sama merasakan sengsara).

Setelah meninggal dunia R. Ng Joyo Wikromo disemayamkan di Gunung Wijil (pemakaman sebelah barat Dusun Gudang) Bukit kecil berupa gundukan tanah seluas satu hektar, sebelah barat mata air yang berbatu hitam. Satu satunya bukit yang berbatu hitam diantara bukit bukit kapur sebagai ciri khas perbukitan di Gunung Kidul. (Jaka)