Apakah Pembangunan di Kabupaten Tangerang Masih Berpihak Pada Rakyat Kecil?

Oleh: Ida Noviananda (Aktivis Perempuan).

Pada setiap tanggal 13 Oktober, kita mengenang perjalanan panjang Kabupaten Tangerang — tanah yang menyimpan jejak sejarah agraris, perjuangan rakyat, dan denyut perubahan zaman.

Dari hamparan sawah dan sungai yang mengalir tenang di sepanjang Cisadane, Tangerang tumbuh menjadi simpul kehidupan modern yang berdenyut cepat.

Sejarah Kabupaten Tangerang berakar dari masa ketika wilayah ini menjadi benteng pertahanan dan jalur perdagangan penting antara Jayakarta dan Banten.

Di sinilah, dalam keseharian rakyatnya, terbentuk karakter tangguh, pekerja keras, dan terbuka terhadap perubahan.

Namun di balik geliat industrialisasi dan urbanisasi, tersimpan pula kisah tentang ketimpangan, kehilangan ruang hijau, dan pergeseran nilai sosial yang patut kita renungkan.

Kabupaten Tangerang bukan sekadar kawasan penyangga ibukota, tetapi ruang hidup jutaan manusia yang menuntut keseimbangan antara pembangunan dan keadilan.

Dari pesisir Teluknaga hingga dataran Curug, dari kampung nelayan hingga kawasan perumahan elit, ada satu harapan yang sama — agar kemajuan tidak hanya dirasakan segelintir pihak, tetapi mengalir merata hingga pelosok.

Hari jadi Kabupaten Tangerang bukan hanya pesta seremonial. Ia adalah undangan untuk bercermin: apakah pembangunan yang kita banggakan masih berpihak pada rakyat kecil?.

Apakah sungai dan sawah yang dulu menjadi sumber kehidupan masih mendapat tempat di tengah beton dan pabrik? Dan apakah suara warga masih menjadi bagian dari arah kebijakan daerah?.

Kini saatnya Kabupaten Tangerang menulis babak baru — sebuah kebangkitan yang berkeadilan, dimana pemerintah, warga, dan generasi muda bersatu menjaga warisan leluhur sekaligus menata masa depan.

Karena kemajuan sejati tidak hanya diukur dari gedung tinggi dan jalan tol, tetapi dari kesejahteraan, harmoni sosial, dan kelestarian bumi tempat kita berpijak.

Selamat Hari Jadi Kabupaten Tangerang. Semoga semangat gotong royong, kejujuran, dan kasih pada tanah sendiri tetap menjadi nafas pembangunan daerah ini.