Diduga Salah Berikan Obat, Pasien Keluhkan Pelayanan Puskesmas Sukawali Pakuhaji
Diduga Salah Berikan Obat, Pasien Keluhkan Pelayanan Puskesmas Sukawali Pakuhaji
PORDES TANGERANG – Ahmad Muslim (45), warga Desa Sukawali Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, mengalami buang air besar (BAB) secara terus menerus hingga kehabisan cairan dan harus di infus, setelah diduga mengkonsumsi obat paru dari Puskesmas Sukawali.
“Awalnya hari rabu tanggal 22 November 2023 saya datang ke situ (Puskesmas Sukawali) untuk berobat sekaligus mengkonsultasikan hasil rotgen tentang penyakit yang saya rasakan saat ini,” terang Muslim kepada Portal Desa, Selasa malam 5 Desember 2023.
Lebih lanjut Muslim mengatakan, setelah 1 minggu ia kembali mendatangi Puskesmas Sukawali untuk mempertanyakan hasil tes dahak yang sebelumnya pernah diambil sampel, namun sangat disayangkan petugas laboratorium kata dia tidak berda di tempat.
“Di minggu ke 2 saya datang lagi, tapi lagi-lagi petugas laboratorium tidak ada di tempat akhirnya saya langsung menemui dokter spesialis paru dan saya di vonis positif terkena infeksi paru tanpa menunjukan hasil tes dahak dari laboratorium,” katanya.
Setelah itu sambung Muslim, ia mengaku di berikan obat berbentuk kapsul berwarna merah oleh dokter spesialis paru dengan merek Rifampicin 150 mg/Isoniazid/75 mg/Pyrazinamide 400 mg/Ethambutol HCI 275 mg Caplet dari Generik.
“Setelah saya mengkonsumsi obat itu saya langsung buang air kalau di hitung dalam sehari ada sekitar 10 sampai 15 kali, badan saya lemas tidak ada tenaga karena kekurangan cairan, akhirnya saya manggil tenaga medis dan di infus di rumah,” jelasnya.
Dikatakan Muslim dari hasil konsultasinya dengan tenaga medis yang saat ini menanganinya, bahwa ia bukan terkena infeksi paru melainkan terkena infeksi saluran pernapasan yang bisa disembuhkan dengan kurun waktu kisaran 2 Minggu.
“Jika memang benar ini merupakan kelalaian, pelayanan di Puskesmas Sukawali harus segera di perbaik. Hati-hati dan teliti dalam memberikan obat jangan asal menebak, untung saja saya masih di berikan umur panjang, coba kalau misalkan setelah minum obat itu saya meninggal dunia siapa yang bertanggung jawab,” pungkasnya.
Sementara Kepala Puskesmas Sukawali, dr Abdul Yayi, saat di konfirmasi melalui sambungan selulernya membantah jika di tanggal 22 November 2023 petugas laboratorium tidak berada ditempat, sebab di tanggal tersebut pihaknya sedang mempersiapkan penilaian akreditasi.
“Karena kita tanggal 23, 24, 25 itu ada penilaian akreditasi puskesmas sedangkan di saat-sat ini kami itu biasanya pulang malam mungkin bukannya tidak ada mungkin kebetulan lagi di ruangan lain tapi coba nanti saya kumpulkan tim, saya tanya dulu,” ungkapnya.
Disinggung soal dugaan salah memberi obat kepada pasien, Abdul Yayi kembali membantah, meski begitu ia menjelaskan soal obat ada efek sampingnya, sebab obat merupakan racun bagi semua penyakit.
“Dalam kondisi tidak fit yang namanya obat tentunya ada efek sampingnya yang namanya obat jangankan di puskesmas di rumah sakit mewah dan megah pun efek samping obat tidak bisa di hindarkan cuma kadang-kadang tergantung dari kondisi badan,” pungkasnya. (gabel)